JaneXLia Special: Rekomendasi Buku Untuk Wanita Pekerja
Suatu hari di Tiny Dolce,
Jane: Hey, Lia! Udah lama di sini?
Lia: Hey, Ci Jane! Baru banget sampai nih....
Jane: Oke! Kita langsung mulai aja, ya, rencana kita?
Lia: Boleh!! Eh, tapi sebelumnya ci, mari kita sapa dulu nih para sahabat Tiny Dolce.
Jane: Oh iya! Hello Tiny Dolce readers! JanexLia here! Kita mau ngapain, sih, di sini, Liii?
Lia: Tentu saja kita mau merusuh di rumah Tiny Dolce . Becanda deh hahaha. Jadi ceritanya.. Oke, Ci Jane aja deh yang kasih tahu...
Jane: Lah, dilempar balik *cubit Lia* Ok, jadi hari ini kita mau bagi-bagiin rekomendasi buku spesifik untuk wanita pekerja. Who’s excited?? ((unjuk tangan))
Lia: Aku! Aku! Aku! Tapi berarti yang pria nggak boleh baca dong, Cii?
Jane: Eits, kata siapa? Para pria tentu boleh ikutan baca. Siapa tahu ingin memberi hadiah buat teman atau pasangannya kan, nah barangkali ada buku-buku di bawah yang cucok untuk dijadikan hadiah.
Lia: Hwaa! Aku jadi nggak sabar banget untuk segera membagi-bagikan racun ke teman-teman ((kretekin tangan))
Jane: Hahahaha. Baiklah! Kalau gitu, Lia mulai duluan ya.
Lia: Siap Ci Jane! Teman-teman, yuk duduk yang manis, lipat tangannya, dan yuk kita masuk ke bagian rekomendasi buku dari JanexLia~ Here we go!
What's In My Everyday Bag (2021)
Hari ini kita back to school dengan postingan blog ala-ala, alias apa yang ada di tas kantor saya sehari-hari. Ketika berlangganan majalah remaja dulu, at least kita bakal nemu satu-dua artikel begini mengenai artis yang kita suka. Buat yang kangen, Darling Magazine punya rubrik yang didedikasikan untuk ini, What’s in My Bag Wednesdays -- so go read them!
Saat blog booming dan semua orang punya blog termasuk tetanggamu, konten sejenis populer di blog berbasis fashion and lifestyle. Di masa kini, konten serupa bergulir dalam bentuk baru di Youtube, Reels Instagram, atau TikTok.
So, this kind of content is still happening and now I’m gonna write about it too.
Saya bukan artis, tapi apa gunanya blog sendiri kalau nggak dimanfaatkan buat hal begini kan? (HOHOHO). Jadi, meskipun nggak ada yang pengen tau isi tas saya, saya akan jadi seleb di blog saya sendiri dan ini waktunya ngomong ke kamera:
“Jadiii, buat yang penasaran, ini dia isi barang-barang yang ada di tas akuuuu!”
(ehem).
Be My Only One
![]() |
typography poster by yours truly. |
ONLY dari Lee Hi adalah lagu favorit saya akhir-akhir ini. Bukan favorit dalam artian disetel terus-terusan, tapi karena somehow lagunya nyentuh hati banget padahal pas pertama dengar saya nggak tahu artinya. Lagunya biasa-biasa aja, tapi saya sukaaaa banget. Efek MV-nya juga kali ya.
Pas pertama denger, tahu-tahu air mata ngalir dan saya nangis sampai huhu huhu. Nggak ngerti juga apakah itu efek PMS, yang pasti saya nangis lumayan lama sampai digeplak sama suami, hahahaha.... It's beautiful, I think; untuk bersama-sama dengan satu orang sampai tua, dan mengalami hal bersama-sama sampai rasanya mengenal orang itu lebih baik daripada telapak tanganmu sendiri.
Akhir-akhir ini, saya sering feel blue karena kekhawatiran macam-macam. Saat itu terjadi, suami saya selalu bilang: selama bisa melakukan banyak hal berdua bersama-sama, itu saja sudah cukup. It soothes my heart a lot, dan berkali-kali saya mengutarakan kekhawatiran yang sama, berkali-kali juga dia mengingatkan saya hal yang sama, nggak bosan-bosan.
Dengerin lagu ini membuat saya ingat dengan hiburan dan rasa sayang darinya ketika saya lagi rendah diri--sehingga lirik sederhana yang dimiliki lagu ini resonates much with me.
So, I hope you enjoy this song as much as I do! Untuk yang mau dengar lewat spotify, bisa dengar lagunya di sini.
Anyway:
Belakangan saya sedang hobi mengaudit blog dan juga hal-hal yang saya lakukan secara terpisah. Saya melakukan a dan dipost di b, melakukan c dan dipost di d. Kalau dipikir-pikir, Blog itu kan platform utama saya, so daripada misah-misah, saya kumpulkan di satu tempat aja kali ya.
So, expect this kind of post pop up once in awhile; karena Blog ini emang tempat saya main-main dan tempat saya bisa melakukan apa saja yang saya suka... jadi ya, ini akan jadi tempat saya main-main dengan desain grafis, alias kegiatan yang saya lakukan sehari-hari.
Merasa diri Tidak Berkembang? Mungkin Lifelong Learning Adalah Jawabannya
Judul di atas adalah pertanyaan dan jawaban yang saya tanyakan pada diri sendiri.
Semua berawal dari saya, yang lagi-lagi mempertimbangkan kemungkinan untuk sekolah lagi.
Tapi keinginan itu hilang-timbul; kadang kepingiiin banget (apalagi melihat beberapa teman yang sepertinya sekarang berada di tempat lebih baik dengan gelarnya…)
Kadang juga sangat tidak ingin (karena sesungguhnya saya bodoh untuk soal kepenulisan akademis, dan saya tidak begitu cocok dengan metode belajar formal).
Saya juga belum tahu ingin mengambil jurusan apa, hendak ke mana arahnya, etc. Kalau ditanya cita-cita, saya ya kepinginnya work from home, buka usaha yang bisa dilakukan dari rumah. Aku anaknya rumahan, banget, bok.
Tidak ada paksaan dari siapapun untuk mengambil pendidikan lanjutan. Kalaupun hendak sekolah lagi, saya sudah pasti tidak bisa menggunakan biaya sendiri. Harus dengan beasiswa.
Tapi tidak juga ada niat untuk aplikasi beasiswa itu. Ya itu, niatnya nggak terlalu kuat. Jadi saya pun berpikir lagi, memangnya saya benar-benar mau S2?
Atau cuma ingin “suasana baru”? Atau malah, “lari dari sesuatu”?
(Ha ha ha).
Lima Belas Menit Sebelum Jam Pulang Kantor: Ngapain?
Saya merasa waktu “ngantor” jauh lebih jelas saat di kantor dibandingkan saat bekerja di rumah. Mungkin karena faktor lokasi ya. Kalau kerja di rumah, saat “lowong” bisa dimanfaatkan untuk mencuci piring, sapu-sapu, dan lipat jemuran. Ha ha ha…
Berada di kantor cenderung membuat saya bisa lebih fokus, kecuali distraksi rapat dan panggilan dari meja atasan atau rekan. Namun, tentu saja tidak selalu fokus sempurna. Seperti hari kerja pada umumnya, energy spikes--atau lonjakan energi dan fokus saat kerja pun bisa naik turun, seperti kurva.
Lima belas menit sebelum pulang kantor adalah waktu di mana saya sudah bengong. Waktu pulang sebentar lagi, mau nerusin kerjaan ya sudah nggak konsen, mau mikirin kerjaan yang susah apalagi. Tanggung, besok aja.
Artikel ini memang bukan untuk pejuang lembur atau yang hobi pulang lewat jam sih. Soalnya saya menganut pulang tepat waktu-lah selagi bisa. Ketika pekerjaan sedang manageable dan tidak harus lembur, lima belas menit terakhir bisa saya gunakan untuk hal-hal berikut (selain balas chat, browsing youtube dan/atau website lain, hahaha).
Walaupun kenyataannya sekarang saya hanya ke kantor seminggu dua kali. Hiksss...
Beres-Beres Meja
Mantan atasan saya, yang saya hormati, punya kebiasaan membereskan meja sampai kinclong sebelum pulang. Nggak ada tumpukan dokumen, nggak ada post it, pokoknya cling kayak nggak ada yang bekerja. Katanya, membersihkan meja membuat dia merasa tenang dan siap untuk esok harinya.
Dan memang benar sih. Membersihkan meja memberikan saya clean slate untuk pekerjaan esok hari, nggak kepikiran dengan tumpukan yang tersisa. Target ini juga membuat saya sebisa mungkin memproses pekerjaan yang masuk pada hari itu, atau setidaknya cukup dijadwalkan dulu di kalender, sehingga tidak perlu menumpuk dalam bentuk post-it atau helaian kertas di atas meja.
Sayangnya, hal ini belum bisa saya terapkan untuk meja kerja saya di rumah. Soalnya meja kerja saya lebih kecil dari yang di kantor dan digunakan sebagai meja makan darurat juga (maklum, kontrakan sempit nggak bisa untuk meja makan 😅😅). Karena nggak ada storage space, meja nggak benar-benar bisa rapi.
Semoga saat sudah di rumah sendiri, ini bisa kita tanggulangi yaa.
Mengatur Rencana Pekerjaan Untuk Besok
Nah, ini adalah terusan dari poin yang sebelumnya. Seringkali ada pekerjaan yang sifatnya last minute: baru datang di waktu nanggung. Mau dikerjakan ya malas, kalau nggak dicatat nanti lupa. Jadi, pastikan dulu semua pekerjaan yang masih “nanggung” sudah tercatat, karena saya sih nggak terlalu yakin sama kemampuan saya mengingat. Begitu pulang udah nggak mikirin kerjaan lagi 🤣
Selain pekerjaan yang harus dilakukan besok, kita juga bisa melihat overview tugas kita di bulan itu. Apakah ada deadline dalam waktu dekat? Apakah ada pekerjaan yang harus diprioritaskan? Manfaatkan waktu ini untuk mengatur prioritas kerja untuk besok, dan catat di agenda. Bisa juga di post-it yang ditempelkan di layar komputer, agar begitu datang langsung ingat, hahaha.
This way, ketika pulang tidak perlu mengingat-ngingat kerjaan yang nyangkut, saat datang pun sudah tahu apa yang harus dikerjakan. Berkali-kali saya diselamatkan agenda ketika datang ke kantor dengan pikiran kosong: harus ngapain dulu ya….
Buka kalender, lalu kembali deh ke kenyataan bahwa kerjaan hari itu banyak. 😌
Ke Toilet dan Beribadah (bila perlu)
Bagi yang muslim, biasanya ada beberapa pilihan waktu beribadah: saat azan berkumandang, saat istirahat shift, atau seperti saya, ketika jelang jam pulang. Kalau memang belum beribadah, lima belas menit terakhir bisa dimanfaatkan untuk ini, tapi pastikan saja jam pulangnya memang reasonable ya. Kalau 17:30 WIB baru pulang, misalnya, kan hitungannya sudah kesorean tuh.
Satu hal penting lainnya adalah ke toilet, karena setelah pulang kita akan berhadapan dengan commuting. Kalau perjalanan kantor ke rumahnya dekat sih nggak masalah, tapi pernahkah anda kebelet pipis padahal macet di tengah jalan raya dan rumah masih jauh? Hikssss. Menderita bok. Karena itu pastikan urusan belakang sudah kelar ketika jam pulang.
Poin ini saya gabungkan, karena toilet biasanya juga berdekatan dengan area wudhu. 😄
Menggerakkan Tubuh
...terutama untuk yang kalau lembur suka lupa diri, nggak bergerak dari mejanya selama berjam-jam. He he. Saya gitu soalnya.
Tanpa sadar, ketika kita fokus dengan pekerjaan di hadapan, seringkali tubuh kita “dipaksa” duduk dengan postur yang sebetulnya tidak baik. Belum lagi ditambah otot tangan dan bahu yang tense, sehingga baru sadar ketika sudah pegal-pegal.
Masih ada waktu lima belas menit sebelum pulang. Nah, waktunya berdiri dari kursi, jalan-jalan keliling ruangan, mungkin? Atau sekadar melakukan stretching ringan? Saya biasanya melakukan gerakan yang ada di darebee, misalnya Office Warrior atau Office Yoga. Lumayan, Tubuh diingatkan kembali untuk bergerak setelah berada dalam posisi sama berjam-jam.
Kalau kantor memberikan fasilitas olahraga yang mudah dicapai, bisa juga dimanfaatkan. Kantor saya menyediakan fasilitas gym mini yang jaraknya hanya beberapa ruangan dari tempat saya berada, jadi pas sekali untuk olahraga-olahraga ringan sebelum pulang. Kalau rumahnya jauh mungkin harus mandi sekalian ya, kecuali betah lengket-lengketan sepanjang jalan atau keangin-angin lantaran bermotor (serius). Ha ha ha.
Catch-up with Workmates
Kembali untuk orang-orang yang suka lupa diri kalau sedang bekerja, waktu pulang adalah waktu yang pas untuk keliling meja dan ngobrol. He he. Ngobrol ada kabar apa hari ini, atau mungkin hal-hal ringan soal kehidupan di luar kantor. Ah, gosip internal juga biasanya beredar di jam-jam seperti ini ya. (Wkwkwkwk).
Saya suka banget ngobrol sama temen-temen sedivisi di jam-jam begini, sambil beres-beres pulang. Dengerin cerita soal anak mereka di rumah atau kejadian lucu yang dialami dengan atasan, juga berbagi kesal dengan tingkah bos yang ada-ada aja, jadi hiburan sambil menunggu waktu pulang. Nggak dosa kan ngobrol-ngobrol menjelang waktu pulang, toh sambil membereskan meja yang juga jadi bagian dari pekerjaan 😎
Siapkan Senjata Untuk Commuting
Ini adalah spesial bagi yang perjalanannya jauh. Sebelum pindah ke kontrakan, saya menempuh perjalanan sehari-hari sepanjang satu setengah sampai dua jam sekali jalan. Alhasil saya sudah ahli “menghabiskan hidup” di kendaraan umum--dalam hal ini, angkot.
Saya bisa tidur sampai mimpi, ngemil, juga tentu saja baca buku dan nonton film, seperti mbak-mbak yang bisa nonton drakor sekian episode di KRL. Lima belas menit sebelum pulang adalah waktunya saya mengumpulkan “senjata” untuk menghabiskan waktu nantinya.
Entah membereskan download-an film baru (saya nggak suka kalau harus terpotong sinyal), menyimpan link-link komik yang akan dibaca di notes (biar nggak kelewat), atau memilih playlist spotify untuk dinikmati sepanjang jalan. Pernah juga saya menghabiskan satu course di Coursera sepanjang jalan!
Ketika perjalanan pulang dan pergi menghabiskan waktu lama, maka saya menggunakan itu sebagai me time. Meskipun tempatnya tidak efektif, mari coba nikmati dan jadikan waktunya berkualitas.
Nah, kalau teman-teman, apa yang dilakukan ketika sudah menjelang jam pulang? Melakukan hal yang sama dengan saya, atau ada lagi yang lainnya? Sekarang, saya nggak bisa melakukan hal ini setiap hari karena hanya berkantor sekali sampai dua kali seminggu; tapi rutinitas ini adalah hal yang membuat saya lumayan kangen berkantor juga, nih.
Til next post,
Mega
Gambar dari STIL.
Kunci Utama Mengelola Keuangan Sebagai Generasi Sandwich: Bukan Menabung, Tapi....
![]() |
by Nada Hanifah |
Sebelum menikah, kegiatan saya setelah gajian adalah memetakan apa yang diperlukan oleh rumah: tagihan bulanan, asuransi orangtua, uang saku adik, belanja bulanan dan kebutuhan makanan, serta menyimpan sedikit-sedikit untuk keperluan Idul Fitri dan keperluan tahunan lainnya.
Setelah memastikan sudah menabung untuk keperluan membayar sekolahnya, baru saya bisa memilah kebutuhan untuk diri sendiri.
Setelah menikah, hal itu tidak banyak berubah. Hanya saja kali ini saya punya rumah tangga sendiri yang juga harus diatur keuangannya, dan adik yang bekerja sudah bertambah satu. Alih-alih sendiri, sekarang kami berembuk berdua kalau ada pengeluaran yang out of hand.
Kadang saya mendengar adik saya curhat soal pengeluaran di rumah, kadang saya curhat nggak bisa ngirim uang lebih.
Kadang kami berbagi rekomendasi tempat jajan kalau sudah pusing. (Yeee)
Yang akrab dengan situasi seperti di atas, tentu bukan cuma saya.
Topik Generasi Sandwich termasuk topik yang “hangat” dibicarakan beberapa tahun terakhir. Sepertinya ini adalah salah satu hal yang banyak dihadapi generasi yang sekarang sedang berada di usia aktif-produktif, alias generasi Milenial.