apa yang kalian syukuri di bulan ini?

Mau ngomong waktu cepat berlalu tuh klise, tapi memang tahu-tahu sudah akhir bulan Februari aja. Masih masuk awal tahun, masih juga berhadapan dengan kehidupan sehari-hari: bertukar antara work from home dan work from office, “berakrobat” dengan virus yang tidak terlihat.

Awal tahun saya sempat kedodoran dengan protokol kesehatan ini. Karena akhir tahun sempat melakukan perjalanan jauh dan merasa “aman-aman” saja, saya memang lebih sering keluar dan kurang aware.

Namun bulan Februari kembali jadi patokan untuk tetap ingat menjaga diri, terutama karena saya harus pergi ke beberapa fasilitas kesehatan untuk berobat. Huhhh, bulan ini berasa banget kalau sehat itu mahal, dan kesehatan yang diberikan benar-benar harus dijaga dengan baik….

Betul, Februari ini kesehatan saya sedang tidak terlalu baik. Tulang ekor saya bermasalah, dipicu oleh posisi kerja WFH yang nggak bagus selama setahun. Berat badan yang bertambah drastis juga jadi problem tersendiri untuk tulang-tulang tubuh saya, yang kayaknya nggak kuat. Alhasil saraf saya kesenggol alias saraf kejepit.

Masih on progress pemulihan sih, tapi yang pasti hal ini benar-benar memberikan perubahan pada kegiatan sehari-hari. Menulis blog yang tadinya rutin tiap pagi pun harus terpotong beberapa hari, baik karena badan nggak kuat maupun harus berobat.

But still, selalu ada hal yang bikin saya hepi. Hal yang mungkin belum tentu saya dapatkan kalau saya nggak dianugerahi masalah kesehatan kayak sekarang. Dan semua itu nggak jauh-jauh untuk dicari: dari sekitar rumah saja.

Salah satunya tentu adalah main puzzle eh lego (red: blunder sama postingan di CREAMENO, jadi ketuker, hehehe) yang kemarin dikasih sama Mbak Eno. Tapi selain itu, masih ada tiga lagi, lho! πŸ˜„

Baca juga: Bagaimana Kalau Kita.... Kencan di Rumah

Cari Jalur Jalan-Jalan Baru

Sedikit dari jalur gang yang kami lewati di antara belantara rumah-rumah megah.

Kembali membatasi diri untuk keluar rumah, saya dan suami benar-benar hanya keluar kalau ada keperluan saja. Permintaan untuk datang ke rumah keluarga pun kami tolak. Praktis, tujuan kami sehari-hari hanyalah kantor-rumah-supermarket (kalau ada yang perlu dibeli).

Di rumah terus kan tetap bosan, ya. Apalagi saya tetap harus melakukan latihan fisik yang diminta dokter. Harus tetap jalan-jalan. Jadinya, kami memutuskan untuk jalan-jalan sekitar rumah setiap Minggu pagi atau sore.

FYI, kami jarang sekali berkeliling daerah sekitar rumah, karena daerahnya cukup ramai oleh kendaraan yang lewat. Kalau kendaraannya kecil mendingan, ini kebanyakan truk dengan kapasitas besar yang berisi galon dan mebel. Konturnya pun naik-turun karena kami ada di Bandung utara yang lebih banyak berbukit-bukit. Jadi sebelumnya malasss sekali.

Jalan-jalan dengan perspektif baru, ternyata banyak hal menarik di sekitar rumah. Ada pedagang-pedagang kecil yang sebelumnya tidak terperhatikan saat lewat menggunakan kendaraan. Untuk menghindari kendaraan besar, kami melewati gang-gang sempit yang ada di antara perumahan. Di sebelah jalan utama memang bersebelahan dengan perumahan mewah. (Kalau kami, tinggal di paviliun dan masuk gang pendek dulu.)

Ada rumah dengan arsitektur yang straight up kayak sampul majalah interior. Ada juga rumah yang kayaknya nggak diperbarui tampilannya dari jaman kapan sehingga terlihat seperti relik dari waktu yang berhenti. Ada rumah yang dulu nampaknya mewah sekali, namun tidak terawat.

Saya suka melihat arsitektur rumah-rumah itu; menebak-nebak dengan Abang kira-kira seperti apa orang yang tinggal di dalamnya. Dan macam-macam lainnya, yang saya pilih untuk tidak saya foto karena nanti dipelototin satpam yang berjaga. Ha ha ha...

Ternyata melewati gang-gang di antara perumahan itu juga menarik. Di antara rumah-rumah yang temboknya tinggi, ada jalan-jalan kecil dengan aliran kali deras dan pepohonan yang sudah puluhan tahun. Rasanya seperti jadi Dora the Explorer!

Setelah gang-gang, kami melewati jalan besar sedikit dan menemukan lingkungan yang penuh dengan jajanan. Ada supermarket lokal yang menjual roti titipan dari Waroeng Snoepen, penjual croissant favorit saya. Hehehe, bahagia sekali. Hari itu rasanya seperti menemukan harta karun kecil.

Baca Juga: Mencicipi Croissant Kampung Ala Waroeng Snoepen

Supermarket Liana, Supermarket lokal yang ternyata punya produk favorit saya. Horee...

Lebih Sering Masak di Rumah

Setelah melotot-melotot membaca pengeluaran delivery makanan dari ojek online, saya mendisiplinkan diri lebih keras untuk masak di rumah. Alih-alih berpikir “masak apa ya hari ini”, saya berpikir mulai dari “masak apa ya yang ada di kulkas?”

Motivasi saya, seperti biasa, bukanlah ingin menyediakan makanan yang enak dan sehat. Tapi karena saya mau menghemat. Ha ha ha, motivasi penghematan selalu lebih besar dari apapun and it works for me.

Plus, jadinya dengan pemikiran itu, memasak jadi jauh lebih simpel. Yang saya lakukan adalah memperhatikan isi kulkas, lalu berselancar sedikit di aplikasi Yummy atau Google, dan masak deh. Kadang dengan kreativitas jadi fancy, namun sering juga biasa saja. Toh objektif utamanya tercapai: lebih sering memasak dan makan di rumah. Setelah ini baru difokuskan pada makanan sehat.

Baca juga: 7 Jurus Memasak Orang (sok) Sibuk Bersama Yummy App

Hasil kreativitas berlebih (yang kefoto) selama memanfaatkan bahan di kulkas sebulanan ini. Biasanya saya nggak serajin ini, hahaha.... jadi tentu saja ini prestasi.

Kadang-kadang kreatifnya kelewatan. Maklum anaknya suka sayang membuang makanan, edisi makan nasi dengan pempek pun dijabanin (cuko-nya sudah nggak bisa dimakan soalnya). Tapi ya enak, kenyang. Memenuhi syarat kebutuhan perut. Dan yang pasti, hemat karena saya nggak perlu cari-cari takeaway apa. Saya juga jadi lebih rajin bongkar lemari stok, karena kadang ada sisa bahan makanan nyelip yang masih bagus seperti pasta atau bumbu.

Sayangnya, karena masalah kesehatan, seminggu terakhir di bulan Februari ini saya agak kedodoran. Untungnya, karena mencoba memilih berdasarkan harga dan bukannya lapar mata, anggaran masih dapat terselamatkan (yang langsung teralihkan untuk biaya pengobatan hahahaha).

Waktunya saya mengisi kulkas lagi, sambil berjibaku dengan rutinitas baru: menunggu di rumah sakit beberapa hari seminggu.

(Hopefully, Weekly) Swimming Date

nggak foto aneh-aneh. yang penting niatan tercapai.

Nggak nyangka akhirnya bisa berenang lagi.

Ini pertama kalinya saya berenang dengan suami! Plus, terakhir saya berenang itu tahun 2019, karena pandemi membuyarkan semua keinginan. Akhirnya bisa merasakan lagi berenang, atau tepatnya nelan air karena megap-megap.

Adapun berenang kali ini bukan karena mendadak saya sudah berani, tapi karena keharusan. Berenang adalah terapi yang di-propose dokter saya. Awalnya saya menolak karena takut, tapi akhirnya mau juga setelah diingatkan terus sama Abang.

Baca juga: Antara Rebahan, Menjaga Kesehatan, dan Melindungi Pikiran Saat #dirumahaja

Tempat renangnya dekat sekali--hanya lima belas menit berkendara dari rumah. Beruntung memang tempat tinggal (sewaan) kami berada di tengah kota, kemana-mana dekat. Kami memutuskan datang pagi sekali supaya tidak ramai. Pukul tujuh pagi datang, dan pukul sembilan kami sudah selesai.

Kolam renang yang kami kunjungi adalah kolam renang Bukit Cipaku. Kolam ini sudah ada sejak dulu, sehingga cukup populer di kalangan penghuni sekitar. Tempatnya berada di kawasan perumahan, namun mudah dijangkau dari jalan raya.

Fasilitasnya cukup lengkap: ada kolam anak, kolam ukuran olympic dengan kedalaman mencapai 2,5m, serta kolam air hangat (30 derajat) yang populer karena semi-indoor sehingga lebih terlindung.

Ngomong-ngomong, saya nggak bisa berenang. Maju bisa, mengapung bisa, tapi napasnya nggak terlalu panjang sehingga selalu kerepotan di area yang dalam. Otomatis si Abang, yang murni anak didikan sungai dan berenangnya kayak manusia ikan, misuh-misuh terus tiap lihat saya kelabakan ambil napas.

Hahahaha…Satu lagi hal rutin untuk dilakukan bersama. Meskipun hal ini dilakukan karena masalah kesehatan, tapi saya senang karena saya suka berenang dan bisa belajar lagi (dengan coach nyebelin, alias Abang).

Kolam Renang Bukit Cipaku

Jl. Cipaku Indah XI No.4, Ledeng
Kec. Cidadap, Kota Bandung, Jawa Barat 40143
Buka 07:00-18:00
Tiket masuk 40.000 (weekday), 45.000 (weekend)

Goodbye February!

Bulan ini lebih banyak saya habiskan di rumah, namun ternyata cukup banyak hal baru yang saya temukan. Meskipun ada problem kesehatan dan kebutuhan penghematan, tapi tanpa itu mungkin saya tidak bisa mengalami hal-hal di atas.

Terima kasih juga untuk Mbak Eno yang memberikan topik ini untuk CR Challenge #02 -nya. Saya jadi sempat untuk merenungkan apa yang sudah terjadi di bulan yang cepat berlalu ini. Dan ternyata, banyak. Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Challenge tersebut.

Semoga sebulan kemarin teman-teman juga banyak mengalami hal-hal baik.

Sampai bulan depan,
Mega