gambar kolase dari: unsplash + koleksi pribadi

Dapur Masa Kecil dan Resep Ekspres

Seperti apa aroma dapur di rumah tempat kalian tumbuh?

Dapur di rumah masa kecil saya, aromanya seperti kecap dan merica. 

Jendelanya hanya satu, secara tidak langsung menghadap kamar saya yang ada di lantai dua. Setelah memenuhi seisi lantai satu, aroma masakan dari exhaust fan akan naik ke kamar saya pelan-pelan. Kalau Ibu masak sambal, saya akan langsung tutup jendela biar nggak bersin-bersin.

Kenangan soal dapur biasanya akan dikaitkan dengan masakan orangtua yang enak atau sejenisnya. Tapi nggak, Ibu tidak jago masak. 

Beliau bisa, tetapi tidak bisa dibilang enak :)

Ibu bukan Ibu rumah tangga yang sempat memasak setiap hari. Daripada pemandangan Ibu yang sibuk di dapur, saya lebih akrab dengan jalannya yang cepat sambil membawa tape recorder untuk wawancara, memotret acara dan mencatat berita dengan kecepatan tinggi di memo pad. 

Tahun 90-an, jurnalis belum punya media online. Ibu masih mencari berita setiap pagi, lalu di kantor sampai berita naik cetak pada malam hari. Karena kesibukannya itulah Ibu jarang berada di dapur.

Walaupun begitu, beliau masih berusaha menyiapkan masakan dengan dibantu ART. Ibu selalu turun dapur sebelum berangkat ke kantor, karena beliau kerja siang sampai malam atau dini hari.

Saya ingat punya beberapa menu favorit dari masakan beliau: berbagai jenis semur dan sup ayam. Kecap dan merica menjadi aroma yang akrab di hidung setiap pulang sekolah dan membuka lemari makan.

Mengapa menu itu yang sering muncul? 

Mudah dan cepat, katanya. Jarang sekali beliau pakai bahan masakan aneh-aneh. Kulkas pun lebih sering diisi frozen food. 

Cara memasak ibu adalah yang cepat dan mudah, seringkali pakai bahan instan. Harus cepat, nggak ada waktu mengikuti step-by-step dari acara memasak di stasiun televisi.

Padahal, meskipun tidak jago masak dan jarang ada waktu, sesungguhnya Ibu saya niat. 

buku resep ibu
kliping resep koleksi ibu, plus saya dan ibu :D gambar: dok. pribadi, unsplash


Setidaknya itu yang saya lihat. Hobinya adalah mengumpulkan kliping dan guntingan resep dari berbagai koran dan majalah. Ada beberapa buku yang penuh berisi guntingan resep. 

Ada beberapa kali kesempatan kami mencoba beberapa resep dari buku itu: ketika beliau libur dan tidak terlalu lelah. Kue kering yang terlalu lebar, brokoli saus keju yang sausnya terlalu cair, atau kue bolu wortel yang bantat kayak saya (tapi anehnya enak!)

Beberapa kali saya merasa kecewa karena membandingkan Ibu saya dengan Ibu tetangga. Pulang sekolah, di atas meja mereka ada cemilan yang dibuatkan khusus. 

Dibandingkan saya yang sering bawa kunci rumah atau goreng telur sendiri - tanpa cemilan, saya berpikir, kayaknya hidup saya menderita banget huhuhu.

Pernah saya protes. “Ibu kok jarang masak? Aku juga mau dibuatin cemilan, kayak Ibunya si X.”

Langsung deh Ibu tersinggung, saya dimarahi. Saya yang kesal balas marah-marah, nangis, deh. Kalau dipikir-pikir, kayaknya Ibu saya dulu pasti sedih banget, karena nggak bisa memenuhi keinginan saya :) 

Seandainya Ibu masih ada, mungkin sekarang kami akan sama-sama sering menggunakan aplikasi untuk memasak. Sedikit-sedikit butuh google, setiap praktik masak tetap saja perlu searching. Kami sama-sama bodoh soal masak. Jadi masakan gagal juga tetap senang. 

Sayangnya, di awal tahun 2000-an belum ada aplikasi, android juga belum ada. Jadi, kitab panduan kami masih guntingan resep atau acara televisi ibu Sisca Soewitomo.

Saya masih menyimpan satu buku resep itu, buat kenang-kenangan.

Dapur Ekspres Saya versus Dapur Telaten Abang

Saya baru merasa kesulitan signifikan memasak setelah menikah. Sebelumnya, saya memang sudah memasak untuk keluarga. Tetapi ini yang saya lupa:

Ayah dan Adik-adik saya hidup bersama saya sejak lama dan sudah terbiasa dengan trial and error saya sejak dulu. 

(Plus pasrah, kayaknya).

Setelah menikah, saya baru merasakan konflik ketika memasak untuk orang baru. Pada dasarnya memasak untuk harian memang beda rasanya dengan masak fancy yang ‘sengaja’. It’s less fun, more demanding.

Terasa sekali, adanya orang baru dalam kehidupan sehari-hari menambah “jatah” waktu untuk dibagi. Saat ini pun, saya masih proses adaptasi. Saya jadi mengerti, somehow, mengapa Ibu tidak mau membuang waktu banyak di dapur, hehehe.

Ditambah lagi ada perasaan insecure karena selera makan suami berbeda. Dia orang Sumatera yang akrab dengan santan dan cabai - masakan Indonesia, pokoknya -, sementara saya anak Sunda nyasar yang nggak makan sambal, nggak kuat makan santan, dan lebih sayang sama Saus Tiram, Ngo Hiong, serta masakan Cina ala kaki lima.

Hal ini untungnya tidak mengherankan. Alias saya nggak sendiri. Banyak perempuan yang bilang mereka suka memasak, tapi tertekan dengan tuntutan waktu serta keharusan untuk memuaskan selera anggota keluarga. Manajemen rumah, bagaimanapun, bukan pekerjaan yang bisa dilakukan paruh waktu.

(Satu orang aja udah ribet, apalagi Mama yang memasak untuk anak-anaknya ya. Memang saya masih Noob)

Nonetheless, saya sadar betapa besar pengaruh dapur masa kecil dan cara membuat masakan Ibu terhadap cara tumbuh kami. Saya, yang sering makan masakan-cepat-saji; dan Abang, yang makan masakan telaten yang penuh dengan ciri khas daerah. 

Semua sama-sama penting. Saya perlu memasak tanpa menghabiskan waktu, tapi juga tetap bisa memenuhi selera kami berdua.

Maka tentu saja, senjata apa lagi yang saya miliki selain teknologi? Tech exists to ease your life, baby! Berbeda dengan zaman Ibu saya yang harus menunggu acara memasak di TV atau menggunting resep dari tabloid, sekarang jarak antara saya dan katalog resep hanya seujung jempol.

Terutama di masa-masa lebih sering #MasakdiRumahAja. Pokoknya kalau nggak ada aplikasi kayaknya saya bakal mati gaya.

Yummy.co.id Untuk Memasak yang Efisien

Teman seujung jempol  saya untuk memudahkan quest memasak ini adalah Yummy app, yang bisa diunduh dengan mudah lewat google play store maupun apple app store.

Aplikasi ini dibuat oleh IDN Times dan baru diluncurkan tahun 2019. Saya sendiri tahu aplikasi ini dari trailing aplikasi-aplikasi memasak yang saya coba, hehehe.

Yummy menjadi teman saya di dapur selain agenda kertas dan fasilitas phone a friend--alias adik ipar, hehehe. Fitur-fiturnya, paling tidak, bisa membantu mendamaikan kegiatan memasak yang sekarang bagai game quest.

Nah, hal apa saja yang bisa dilakukan untuk mempermudah kegiatan memasak?



Mulai dari Kulkas Dan Gunakan Filter

Sebelum memulai tugas suci, mari buka pintu kulkas dan melihat ada apa saja yang ada di dalamnya. Chances are, ada bahan-bahan makanan yang bisa dimanfaatkan. Biasanya di kulkas selalu ada telur, tahu, atau sayuran standar seperti wortel.

Nah, Yummy App memiliki fitur filter berdasarkan bahan: ini yang saya suka. Dengan mengklik bahan-bahan yang tersedia, kita bisa langsung mendapatkan rekomendasi resep. Resep yang menarik bisa langsung saya bookmark.

Karena kadang, seringkali kita lupa masakan apa saja yang bisa dibuat dari suatu bahan, meskipun bahannya sudah ada di depan mata. Daripada mentok jadi telur dadar lagi, kan?

Yummy App juga punya filter harga, dong. Resep yang masuk memiliki perkiraan harga untuk bahan bakunya. Sekiranya terlalu mahal, bisa ganti dengan resep yang lain. Berguna terutama saat menghadapi akhir bulan.


Rencanakan Menu Seminggu

Kalau lagi malas, saya suka skip menulis menu seminggu ini dan mengandalkan ingatan. Namun menyusun rencana menu sesungguhnya adalah penghindar uring-uringan dan pusing karena bingung mau masak apa.

Resep yang sudah saya cari di Yummy App tadi, bisa saya lihat lagi. Saya atur berdasarkan hari dan hidangan. Contohnya karena kemarin bulan puasa, jadi saya bagi menjadi sahur, berbuka, dan takjil.

Resep yang bahannya cepat rusak (seperti sayur dedaunan), biasanya saya taruh awal minggu. Untuk bahan yang bisa dipotong duluan, ditandai juga, sehingga bisa dikerjakan duluan.

Tidak lupa juga sesi wawancara: Alias, “Abang mau makan apa?”, yang kadang-kadang diisi berantem-berantem kecil karena saya pengen makan A, Abang mau makan B, hahaha.

Untuk catatan ini, saya corat-coret di agenda, tapi saya salin ke google sheets. I love google sheets karena bisa mencantumkan semua info di satu lembar dengan rapi.


Baca dan Tonton Resepnya Dulu

Rencana menu seminggu di atas tadi, tentu saja harus menjalani revisi. Sudah memasukkan semua menu, waktunya mengecek resep. Banyak dari resep yang ada di Yummy App menampilkan cara memasak dengan tutorial video, jadi bisa sekalian ditonton.

Saya lebih suka membaca daripada menonton video, tapi kadang perlu juga menonton video untuk langkah tertentu. Kalau mencari di youtube, saya tidak bisa menonton langsung di step yang saya perlukan.

Selain itu, karena platform Yummy App memang khusus untuk resep, video yang ditampilkan berdampingan dengan tata cara memasaknya. Jadi bisa lebih mudah dilihat dan nggak perlu pindah-pindah tab.

Selain itu, karena ada tulisan perkiraan waktu yang dihabiskan, saya jadi bisa pilih-pilih dulu mana menu yang sekiranya cocok untuk dimasak hari itu. Kalau kira-kira kegiatan hari itu sibuk, tentu pilih yang waktunya singkat. Ketika hari libur, bisa memilih yang agak kompleks.

Resep yang dibuat dalam waktu singkat tidak harus membosankan! Ibu saya kayaknya bakal seneng banget kalau tahu zaman sekarang ada aplikasi berfitur seperti ini. 


Buat Daftar Belanja

Sudah lengkap daftar makanan seminggu? Nah, sekarang lihat lagi Yummy App dan cek bahan-bahan apa yang diperlukan tiap resep yang akan dibuat. List satu per satu berikut perkiraan jumlahnya.

Ini dia mengapa saya suka google sheets: semua bahan dan catatan bisa ditulis dalam satu lembar. Awalnya saya mencoba memakai aplikasi khusus, tapi malah repot dan saya jarang menggunakannya.

Sambil mengetik resep dan bahan di komputer, saya melihat  Yummy App di ponsel. Tidak harus berpindah tab, dan setelah selesai membuat daftar, saya bisa mengecek kembali sheet yang saya buat di ponsel.

Dengan begini, belanja juga bisa dilakukan sekali jalan.


Bingung? Cek Tips Dasar

Fitur Tips adalah hal yang saya suka dari Yummy App. Maklum, terbiasa dengan yang ekspres-ekspres membuat saya jadi begitu mengagungkan bumbu instan. 

Pun saya nggak sempat bertanya pada Ibu saya bagaimana cara yang benar. Bertemu dengan suami yang punya orangtua ahli masakan rumah bikin saya takjub.

Banyak hal yang masih belum saya pahami, tapi saya juga penasaran ingin belajar. Tapi malu juga ‘kan ya, kalau nanya terus-terusan. Di Yummy App, ada video-video singkat tentang tips dasar yang seringkali orang tanyakan, tapi diam-diam saja.

Hayo, siapa yang pernah googling cara menyimpan sayur, atau memotong bawang? Atau membersihkan ikan? Nah, Yummy App punya tips-tips itu di aplikasinya, jadi sudah nggak perlu mencari lagi cara melakukan suatu teknik.

Nggak mungkin saya aja, kan, yang perlu ini? (Ngotot banget, mbak)

Minta Bantuan, Manusia atau Alat dan Bahan yang Memudahkan

Karena pada akhirnya, manusia toh nggak sempurna. Terima saja kalau tidak bisa memasak all perfecto setiap hari, dari bahan segar yang organik dan sehat serta di bawah 500 kalori per sajian. 

Nggak masalah kalau tidak sempat lalu harus mendadak pakai layanan online. Atau ketika tidak sempat membuat masakan penuh dan memilih menggoreng telur. Atau sedia beberapa jenis frozen food di dalam kulkas. Atau membeli microwave dan slow cooker.

Minta pasangan juga untuk membantu. Misalkan kalau memang tidak membantu memasak, anugerahkan beliau tugas menccuci piring. Lagipula, tugas suami-istri kan memang harus gotong royong dalam rumah tangga.


Beri Hari Libur Untuk Diri Sendiri

Ini lanjutan dari tips di atas. Setidaknya dalam seminggu, ada sehari atau dua hari saya tidak memasak. Hari saya tidak memasak, kami akan jalan untuk makan di luar, atau ya pakai ojek online. Berhubung sekarang lagi karantina, sekali saja kami keluar untuk drive-thru, sisanya ya pakai layanan ojek online.

Kalau lagi nggak punya duit? Selalu ada pilihan mie instan atau goreng telur. Pokoknya, hari itu saya nggak mau memikirkan harus masak apa, atau hanya memasak yang ringan dan tidak perlu repot. Karena perencanaan di atas, jadinya lebih mudah juga menentukan kapan saya tidak memasak.

Plus: I need my junk food fix. Maap belom bisa jadi pemakan makanan sehat full-time. :’( Terlalu banyak makanan enak di luar sana… 


Bonus: Ikut Challenge Resep dan Dapatkan Hadiahnya

Not, me, of course: karena saya ngga bakat. Tepatnya mager. Saya menggunakan Yummy App penuh sebagai aplikasi referensi, tapi buat yang suka berbagi resep masakan, Yummy App adalah platform yang menyenangkan. Setiap resep dimoderasi, dan bisa mendapatkan poin untuk penghasilan tambahan.

Selain sebagai komunitas memasak, ada banyak tantangan yang sudah pasti berhadiah. Nah, jadi buat yang senang sharing resep masakan, bisa sekaligus mencari penghasilan dan peruntungan. Iya, siapa tahu menang dan dapat motor… dan makin #JagoMasak.

Untuk Dapur Kami di masa Depan

Urusan perut memang nggak bisa dianggap enteng. Makanan, tergantung cara mengolahnya, bisa bikin sehat, bikin kenyang, juga bikin kenang-kenangan.

Saya masih belum jago masak. Masih kelimpungan setiap minggu, kadang berantem-berantem kecil. Dapur kontrakan kami sempit, dan kalau masak sambal, aromanya bisa bertahan di ruangan kalau pintu tidak dibuka.

Menggabungkan dua selera masih jadi hal yang sulit, untuk memasak setiap hari juga tidak bisa saya lakukan. Nonetheless, we enjoy the experience. Kami masih punya selera makan yang nyambung di bagian junk food serta western food, and we compromise each other's tastes.

Iya mungkin karena ada bumbu pengantin baru juga kan ok sip.

Mudah-mudahan, ada waktunya nanti punya dapur yang benar-benar milik sendiri. Ukurannya juga semoga lebih luas, jadi bisa menyimpan lebih banyak perabot dan tidak harus berdesakan seperti sekarang.

Mudah-mudahan, akan tiba waktunya juga anak kami bisa bercerita tentang dapur yang dia ingat sewaktu kecil - dan saya sempat mendengarkan kesannya itu saat dia dewasa. Semoga deskripsinya juga bagus dan memberikan kenangan yang menyenangkan, ya. :p

Sekarang gantian. Apa kenang-kenangan dapur masa kecil teman-teman?


Disclaimer: Tulisan ini diikutsertakan dalam Blog Competition Yummy x Popmama 2020.
Notes: I’m thankful if you enjoy my writing. See you on my next post! :)