from Rookiemag.
Selamat datang, 2018! Meskipun saya sendiri beranggapan “memulai” itu tidak harus menunggu tahun baru, tetap ada rasa istimewa ketika pergantian tahun itu datang. Karena banyak orang yang juga menandai pergantian tahun, jadinya perasaan untuk “memulai kembali” itu lebih berasa. Biasanya saya membuat list resolusi tahun baru di depan buku agenda yang saya bawa sehari-hari. Ceritanya sedang mencoba lebih paperless, jadi saya sekalian manfaatkan saja untuk menulis pos blog baru. Lagipula, janji saya untuk mengisi blog ini dengan lebih teratur belum lagi terlaksana. Hehe.

Tujuan utama tahun ini tentu saja: Sehat pikiran dan badan. Tahun kemarin tidak dapat saya simpulkan dengan jelas, saking banyaknya terbawa arus. Yang jelas, rasanya kok saya lebih stres dibanding tahun sebelumnya, padahal situasi sepertinya lebih baik dibandingkan 2016. Tebakan saya, ya, karena saya lebih sering mengikuti arus dan stres bertambah karena kehilangan kontrol atas diri sendiri.

Sehat pikiran dan badan itu, capaiannya, terbagi dari beberapa hal:

Membaca Lebih Banyak Buku


Ini termasuk dalam sehat pikiran, tentu saja. Bagaimana bisa saya buka Twitter sepuluh jam seminggu (akumulatif), sedangkan membaca satu buku sebulan saja sangat sulit? Menilik tahun-tahun kemarin, resolusi klasik ini kebanyakan bertahan sampai bulan April saja, digantikan dengan endless scrolling Instagram dan Twitter.

Tahun ini saya dan teman-teman saya di linimasa Twitter membuat semacam book club, alias update status bacaan ramai-ramai via Twitter. Lumayan, karena bersama-sama dan menggunakan sosial media, jadinya terpacu juga untuk membaca. to kick it off, hari pertama 2018 saya habiskan dengan membaca seratus halaman. Semoga bertahan.

Berkarya dengan Tangan dan Kepala


Ini sehat pikiran, tentu. Utamanya: menggambar. Sudah hampir setahun sejak saya terakhir menggambar di kertas dengan benar tanpa anxiety merayapi jari. Mungkin ini lebay, tapi setiap kali saya mulai membuat sketsa detail (bukan sketsa kasar) saya jadi khawatir sekali, kesulitan, lalu menghindar. Ada beberapa proyek yang tertunda dan sungguh, saya sangat menyesal. Ini berbeda dengan menggambar digital, sketsa-sketsa yang biasa saya kerjakan untuk keperluan kantor. Tapi ilustrasi yang dulu biasa saya kerjakan. Tahun ini harus mulai lagi.

Kemudian: menulis, tentu saja. Sama seperti menggambar, kegiatan jurnal saya berhenti sejak sekitar bulan Juni 2017, dan sejak itu pula saya merasa lebih mudah stres dan banyak pikiran yang tidak terurai. Padahal tahu untuk memulainya memang harus menulis lagi, tapi susah sekali, malah pindah ke sosial media sebagai gantinya. Sekarang waktunya mengalihkan cuitan pendek-pendek di twitter pribadi itu ke dalam blog post agar lebih bisa dibaca dan didokumentasikan.

  1. Menulis jurnal harian. Berarti setiap hari.
  2. Menulis blog. Dua minggu sekali.
  3. Menggambar sketsa sampai bisa maju ke ilustrasi yang sebenarnya. Ini mungkin akan saya biasakan pelan-pelan.

Ethical Consumption


Ini berlaku baik untuk hal yang dibeli, hal yang dimakan, dibaca… intinya apa-apa yang dikonsumsi diri sendiri. Untuk makanan saja: tingkat kolesterol saya termasuk tinggi lantaran tidak menjaga makanan yang masuk ke tubuh. Pencernaan juga buruk karena saya jarang minum. Untuk ini, sasarannya:


  1. Minimal makan buah dua hari sekali. (Iya, sejarang itu saya makan buah)
  2. Minum air, minimal 1.5 liter sehari. Sudah tercapai, tapi kadang-kadang lupa.
  3. Mengurangi toleransi terhadap garam dan msg. Lidah saya lama-lama bisa mati rasa nih kalau dikasih makan seblak terus.
  4. Makan mie instan satu minggu satu kali saja. (aduh ini susah aduh)
Saya juga lebih banyak membaca update sosial media dibanding artikel atau buku bacaan yang sebenarnya. Maka tahun ini kembali saya hapus aplikasi Twitter dari ponsel dan berniat lebih banyak membaca hal-hal yang bermanfaat.


  1. Membaca feedly/buku/materi coursera di waktu commuting, mumpung perjalanan rumah-kantor mencapai dua jam.
  2. Mencoba tiga puluh hari tanpa mengintip linimasa. Sejauh ini baru tahan maksimal empat belas hari, nih. :)

Fokus dan Bersyukur


Saat menulis blog post ini, saya terdistraksi berkali-kali dan menyelesaikannya dalam waktu lebih panjang dari yang seharusnya. Sebelumnya, memulai juga belum, tapi saya lebih suka beralih pada hal lain yang lebih mudah: scrolling sosial media atau mengobrol. Setelah itu, saya lebih sering kecewa pada diri sendiri.

Intinya, tahun ini, saya ingin lebih banyak membuat daripada mengonsumsi sesuatu. Tahun 2017 cukup mengecewakan karena saya nyaris tidak meninggalkan jejak dalam bentuk tulisan. Kali ini saya mau berusaha lebih keras dan bersyukur lebih banyak untuk pencapaian yang saya dapat.

Semoga tahun 2018 ini berjalan lancar, dan tentunya, berbuah diri sendiri yang lebih baik.