It's been one year.

Setiap bulan September, saya berpikir, apakah ada yang berubah dari hidup saya setahun kemarin. Kemudian, apakah tahun depan akan ada perubahan lainnya. Setiap kali saya melihat ke belakang, setiap kali pula saya merasa ternyata ada yang berubah; setiap kali saya memandang ke depan, saya berpikir, sepertinya tidak akan ada hal yang baru. Which, of course, mostly always wrong.

Satu tahun sudah saya tidak menulis di sini. I met a death of a beloved family, another death commemoration of another beloved family members, a job promotion, a best friend's wedding, few short-distance travels, meeting great friends.

Sebagian dari hal tersebut juga menjadi alasan saya berhenti menulis. Alasan, tentu hanya alasan. Pada akhirnya, saya menghindar. Beberapa hal cukup membuat kepala tertekan dan membuat saya lebih suka mengurus hal lain saja. (Game, misalnya.) Beberapa waktu terakhir, I think my own denial is getting worse; sebagai gantinya, tubuh saya yang menerima itu semua. Lebih sering kena serangan maag dan sakit kepala hanya beberapa contoh.

A job promotion.

Lapangan pekerjaan ada sangat banyak, bermacam-macam, sangat spesifik. Lulus kuliah pada dasarnya adalah memulai dari nol: you will never know what are you doing, anyway. Sampai sekarang pun masih.

Saya pikir saya tidak akan berlama-lama di tempat kerja saya yang sekarang, tetapi kemarin saya dilantik. One year probation, at last. This place has its fun moments and boring moments; ada waktunya saya bingung apa yang akan saya lakukan selanjutnya, tapi tahun ini, kelegaan saya adalah saya bisa sedikit menjejakkan kaki. Saya bisa berencana untuk keluarga. Untuk Ayah dan adik. Dan lebih penting, buat saya sendiri hahahahahahahhahahaha.

I still have plans lined up, but of course, this greedy young woman feels happiest when she finally could see her retirement plan started rolling. Masih lama menuju masa pensiun? Memang. Tetapi berkaca dari pengalaman senior-senior dalam kehidupan, saya memilih untuk bersiap-siap dari sekarang. I have nothing backed me up, so how about build my own backers instead?

Pa's passed away.

Grandpa, Yangkung - A prominent father figure in my life, passed away last March. Kondisi beliau memburuk sejak September tahun lalu, dan saya juga sudah menyiapkan diri kalau beliau pergi meninggalkan kami. Tetap saja, menyiapkan diri tidak akan membuat kami benar-benar siap.

I stopped writing personal journal since his death, dan menulis ini pun masih bisa bikin saya menangis sendiri. Beliau adalah orang yang akan terbayang pertama kali setiap kali membaca kata "bapak"; it's not like I don't think of my birth Father as my Father, but that's just different things altogether. Ayah adalah Ayah, dan Yangkung adalah Bapak.

He taught me basic etiquettes and punctuality, albeit I'm not as diligent as him. Grandma was his Queen and she still mourns every single day, pasting his photos on every corner of her house, sharing stories about how handsome he was on his younger days, or his romantic love letters and poems when he was in naval army duty.

I missed our conversations over tea and biscuits; I missed his gentleman way of life and how he always treats every woman in his life like a lady. They said Yangkung was a more rough man in the past, so he often getting into arguments with Mum, his late daughter. He said that I was very much like Mum, in many aspects - and in retrospect, I see Mum in him. I don't know how people remembers him, but for me, he was my first ideal man.

I missed him everyday. 

Tentu saja, tidak semuanya hal buruk. Ada banyak hal baik dan menyenangkan, ada banyak perkembangan yang semoga, membawa lebih banyak ke arah kebaikan. Tetapi dari banyak hal, sepertinya memang dua hal itu yang paling membekas.

It takes me one year to finally open a proper new document and write a proper post instead of rambling on social media. Semoga post berikutnya tidak berjarak terlalu lama.

Well, it should be. Karena setelah berkunjung lagi ke sini, I have a bunch of stories to tell. Karena saya nggak berencana bermalas-malasan, mari kita lihat nanti.

Sekarang, setelah berhenti menunda menulis, saya harus belajar menggambar lagi dan menaklukkan rasa takut....